Apakah Benar? Fenomena Goresan Pena Allah Di Alam, Ini Penjelasannya

Share:

Apakah Benar? Fenomena Tulisan Allah di Alam, Ini Penjelasannya

Assalamualaikum Pak Ustadz yang dirahmati Allah,

Akhir-Akhir ini banyak pemberitaan munculnya lafal Allah di aneka macam kejadian. Mulai dari jilatan api di Lapindo, pohon yang membentuk lafal Allah di Pekan Baru hingga bulu kucing yang terdapat lafal Allah di Tangerang.

Pertanyaan saya:

Apakah fenomena itu memang kuasa dari Allah biar kita selalu mendekatkan diri kepadanya?Ataukah hanya kerjaan makhluk-makhluk di luar insan yang menginginkan kemusyrikan? Sebab bukan mustahil pohon atau kucing tersebut akan dicari-dicari orang untuk dimintai keberkahan maupun hal musyrik lainnya.

Terima kasih atas jawabannya.

Wassalamualaykum warrahmatullahi wabarokatuh.

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Fenomena menyerupai itu memang sering kali kita temui. Misalnya pohon-pohon yang jikalau dilihat dari sudut pandang tertentu akan membentuk goresan pena mirip lafdhul-jalalal, Allah. Atau juga yang konon muncul pada jilatan api lumpur Lapindo baru-baru ini.


Pertanyaannya, menandakan apakah semua ini? Apakah ada kode tertentu dari Allah SWT, ataukah kejadian alam biasa yang terjadi secara kebetulan?

Maka diskusi kecil di warung kopi pun tidak sepi dari perbincangan ini. Termasuk di milis dan di lembaga ustadz menjawab ini. Buktinya, anda telah mengirim pertanyaan ini dan kami -mau tak mau- harus menanggapinya.

Potensi Rekayasa

Kami jadi teringat semasa kecil umat Islam heboh mendengar info bahwa Neil Amstrong mendengar adzan di bulan ketika mendarat tahun 1968. Konon, berdasarkan info itu, ketika mendengar pertama kali, Amstrong belum tahu bahwa bunyi ‘asing’ yang didengarnya itu yaitu bunyi panggilan shalat umat Islam.

Berita ini kontan menerima sambutan luar biasa di tengah umat Islam. Para ustadz dan penceramah asyik mengangkat fenomena ini dalam aneka macam kesempatan. Intinya, bahwa semua itu menandakan bahwa Islam yaitu agama yang benar.

Tapi sayangnya, terakhir tersiar kabar konfirmasi bahwa info itu sengaja dihembuskan oleh pihak yang tidak suka pada umat Islam dan kemudian Amstrong sendiri yang menampik info bohong itu. Duh, kasihannya umat Islam, gampang sekali dipermainkan orang.


Fenomena munculnya goresan pena Allah SWT ini perlu kita cermati secara teliti dan hati-hati. Sebab akomodasi rekayasa di zaman digital ini sangat gampang dilakukan, meski bukan berarti kita menuduh semua itu yaitu rekayasa komputer.

Tapi yang perlu kita pertimbangkan yaitu seberapa besar nilai positif dan produktif yang kita sanggup dari semua penampakan itu? Apakah jikalau ada kucing yang bulunya bertuliskan Allah, kemudian umat Islam semakin rajin shalat dan ibadah? Apakah jikalau api di Lapindo secara kebetulan ditangkap kamera dan bertuliskan Allah, kemudian umat Islam berhenti dari melaksanakan maksiat, korupsi dan berbuat zhalim? Apakah jikalau ada susunan awan di langit membentuk goresan pena Allah, kemudian keadilan sanggup ditegakkan?

Menyikapi Fenomena yang Terjadi

Kalau tidak, kemudian apa manfaat dari semua fenomena itu?

Sesungguhnya, tanpa harus ada goresan pena lafadz Allah, pada badan kita sendiri sudah lengkap gejala kebesaran Allah. Sebagaimana firman Allah sendiri:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka gejala Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga terang bagi mereka bahwa Al-Quraan itu yaitu benar. Tiadakah cukup bahwa bahu-membahu Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fushshilat: 53)

Bahkan di ayat ini, tidak disebutkan hanya pada daerah tertentu, tetapi di semua tempat, bahkan di semua diri manusia. Pada semua itu ada gejala kebesaran Allah SWT. Tetapi ayat ini tidak menyebutkan bahwa tanda itu yaitu berbentuk goresan pena Allah.

Tanda-tanda itu maksudnya yaitu tanda kebesaran Allah SWT. Di mana orang-orang yang cerdas dan tahu teknologi akan berdecak kagum atas semua kesempurnaan ciptaan itu. Dan dari verbal mereka keluar ungkapan:

Orang-orang yang mengingat Allah sambil bangun atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan perihal penciptaan langit dan bumi, “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau membuat ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191)

Namun kekaguman itu hanya berlaku buat orang-orang yang mengerti dan sanggup mengambil pelajaran. Dengan memikirkan semua kesempurnaan ciptaan Allah itu, simpulan para ilmuwan yang beriman akan semakin bertambah imannya. Semakin cinta dan patuh kepada Allah, serta semakin berpengaruh dalam mengejar kebahagiaan negeri akhirat.

Sedangkan buat orang yang hatinya kesat dan beku, jangankan renungan perihal kebesaran Allah dan ciptaan-Nya, bahkan Al-Quran yang merupakan miraclepun mereka ingkari.

Jadi kesimpulannya, Allah sudah menurunkan begitu banyak tanda kekuasaannya, baik dalam bentuk ayat (tanda) kauniyah menyerupai fenomena kesempurnaan ciptaan-Nya, atau pun ayat Qauliyah, yaitu 6000-an ayat, 114 surat dan 30 juz ayat Al-Quran yang tak terbantahkan.

Logikanya, jikalau yang 6000-an ayat itu saja diacuhkan, apalagi yang hanya goresan pena lafadz Allah di awan, api, bulu kucing, pohon dan sebagainya. Tentunya, nyaris tidak menambah apa-apa.

Rawan Syirik


Selain kurang memberi manfaat yang nyata, ada sebagian kalangan yang hingga melarang kita mengangkat persoalan menyerupai itu, alasannya yaitu dikhawatirkan malah akan menjadikan persoalan baru, yaitu kemusyrikan. Dan kejadian ini memang nyaris selalu membayangi.

Tidak aneh jikalau dikhawatirkan nanti akan ada orang yang mengkeramatkan kucing yang bulunya bertuliskan Allah, bahkan mungkin akan mengirim sesajen, minta jodoh, minta diangkat jadi pegawai negeri atau malah minta kode buntut. Astaghfirullahal-adhim!

Karena itu untuk amannya, sebaiknya kita lebih konsentrasi untuk mengupas ayat-ayat Allah yang lebih ilmiyah, dengan kajian yang lebih mengarah kepada keaguan Allah dalam penciptaan-Nya. Dan jangan lupa pula untuk lebih sering lagi mengupas ayat Allah yang bersifat qauliyah. Yaitu kita berguru ilmu tafsir dari para ulama yang mu’tabar.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Pertama dipublikasi: 29 Maret 2007

Source: eramuslim.com

Advertisement
 
Advertisement
 


EmoticonEmoticon